NAGEKEO - Upaya meminimalisir dan menjadikan stunting nol persen di Kabupaten Nagekeo, Pemda Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) menerapkan sejumlah program yang berkaitan tindakan preventif salah satunya membentuk Desa Model.
Program desa model merupakan cetusan kerja sama Pemda Nagekeo dan Plan Internasional dimana saat ini program tersebut memprioritaskan 4 desa yang masih dampingan atau binaan Plan. Empat desa model pencegahan stunting dampingan Plan itu antara lain, Wajomara dan Renduwawo Kecamatan serta Desa Lewangera dan Kotawuji Timur Kecamatan Keotengah.
Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do mengatakan dalam menangani Stunting, persoalan yang paling mendasar ialah bagaiamana meningkatkan kesadaran masyarakat mempersiapkan calon ibu dalam mengurusi anak di-1000 hari pertama.
“Tugas kita itu, bagaimana meningkatkan kesadaran di masyarakat, kita berkerja menyiapkan anak menjadi ibu, spektrum kita begitu luas mengurusi 1000 hari pertama” ungkap Bupati Don saat membuka kegiatan Workshop Desa Model Pencegahan Stunting yang berlangsung di Hotel Papita, Mbay, pada Jumat (5/11/2021).
Dia juga menegaskan, upaya menekan angka stunting masih menjadi perhatian serius semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.
“Ini harus masuk dalam pikiran kita, bahwa kita ada masalah, masalah tata kelola 1000 hari, intervensi kita harus benar, ketika tidak melakukan yang benar, itu tidak dapat terkoreksi” katanya.
Aspek yang menjadi catatan penting agar persoalan stunting di Kabupaten Nagekeo bisa diatasi secara perspektif budaya Kata Bupati Don, ialah cara pandang dan pola pikir masyarakat Nagekeo yang masih menganggap peran wanita di dalam rumah tangga dinilai lebih rendah dibandingkan kaum lelaki.
“Kita berurusan dengan kultur, kebiasaan anak perempuan sudah di rumah mertua kalau mau makan tunggu mertuanya makan dulu. Ini yang harus diubah cara pandangnya” pesannya.
Wakil Manajer Plan Internasional wilayah Nagekeo Siprianus Rahas menjelaskan bahwa pemilihan 4 Desa Model Pencegahan Stunting tersebut dilakukan melalui diskusi bersama Bapelitbang Kabupaten Nagekeo.
Dikatakannya, dalam melakukan upaya pencegahan stunting di desa-desa binaan pihaknya lebih fokus kepada pencegahan karena mencegah itu lebih baik.
Siprianus menerangkan ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan diantarannya menjalani program Kelompok Bina Keluarga Balita, melibatkan bidan desa, dan Kader Posyandu.
Kegiatan nyata lain yang dilaksanakan Plan di Desa Model Lokus stunting yakni Pendekatan remaja, sasarannya adalah remaja putus sekolah dalam mempersiapkan diri menjadi seorang ibu dan ayah, hingga Fokus Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang mana orang tua diberi pemahaman tentang bagaimana mendidik anak PAUD.
“Harapan kami kerja sama semua stekholder khusunya pemerintah Desa sangat dibutuhkan, terutama desa terutama desa lokus stunting yang terulang. Pemerintah Desa diharapkan mampu membangun sebuah sistem sosial di masyarakat yang berkelanjutan” unaranya.
Di tempat yang sama Pjs Desa Lewa Ngera Riswan Dapa mengapresiasi aneka program yang dilaksanakan Plan Internasional dalam menekan angka stunting khususnya di Desa Lewangera.
Riswan menyarankan, penanganan stunting harus tepat sasaran juga sesuai dengan kasus dan persoalan yang dialami oleh keluarga yang memiliki bayi stunting.
Sebab, parameter stunting tidak hanya semata soal ukuran panjang dan berat badan akan tetapi dilihat dari beberapa faktor diantarannya genetik dan faktor ekonomi keluarga yang mengakibatkan stunting.
Meski begitu, Pihak Pemerintah Desa Lewangera kata Riswan, siap berkolaborasi bersama Yayasan Plan Internasional dalam menangani stunting.
“Terima kasih Yayasan Plan Internasional yang sudah masuk sejauh itu dengan program-programnya, kami siap berkolaborasi dan bekerja sama, minimal angka stunting di Desa Lewangera bisa turun” pungkasnya.