Oleh : Muhamad Yasin
Indonesiasatu.co.id - Wawasan atau pengetahuan seseorang di era modernisasi digital saat ini sangat dibutuhkan, dimana, wawasan itu harus benar-benar diimplementasikan melalui berbagai media dan altenatif lainnya kerena tak jarang wawasan seseorang yang telah diimplementasikan akan menjadi acuan referensi orang lain.
Orang yang memiliki wawasan yang cukup atau sumber daya manusia yang memadai, sejatinya terlihat dari sikap perilaku dan juga kepribadiannya yang sangat mendominasi. Hal-hal ini patut menjadi panutan, teladan untuk semua orang sebagai langkah pembentukan karakter.
Lalu, bagaimana dengan orang yang tidak memilik banyak wawasan tetapi cakap dalam berkata-kata apakah bisa menjadi panutan? pertanyaan secam ini banyak kita dengar dikalangan masyarakat yang sedang membutuhkan sumber referensi terpercaya.
Tentu jawaban dari kalimat pertanyaan itu ialah, bisa kita jadikan seseorang dikatakan kurang wawasan sebagai referensi kita namun perlu diingat dan perlu kita ambil serta dijadikan contoh dari perkataan dan perilakunya yaitu unsur-unsur lebih bermanfaat.
Dibagian ini kita dapat mengklasifikan perbandingan yang harus kita jadikan referensi antara perkataan dan perilaku orang yang berwawasan luas dengan orang berwawasan kurang dari kata cukup. Hal ini kita dapat mengenalinya dari beberapa ciri serta spesifik.
Menurut buku Tatang Sutarman, ciri antara perkataan dan perilaku orang yang berwawasan luas dengan orang berwawasan kurang dari kata cukup dibagi menjadi 3. Dan ciri-ciri itu diantaranya,
1. Orang yang berwawasan luas, cenderung diam lalu mercemati sutu persatu kalimat lawan bicara baik itu dalam sebuah diskusi di panggung publik ataupun sekedar sharing. Orang seperti bahkan selain pendidikan dia mampu membentuk karakternya secara ototidak.
Namun orang yang tidak memiliki wawasan dia lebih memilih banyak bicara namun setiap pembicaraannya dia sendiri tidak memahami. Orang seperti ini cenderung pendiriannya tidak tetap dan mudah dihasut.
2. Secara refleks dan tersistematis dia dapat menguraikan jawaban atas semua pertanyaan yang dilontarkan kepadanya dan begitupun juga sebaliknya. Dan orang seperti dia telah mampu menguasai emosional dan lebih mengedepankan jati diri.
Perbandingan dari itu, orang ini lebih mengedepankan emosional dan ego jika pertanyaan yang dilontarkan kepada nya dianggapnya sulit memberikan stateman jawaban. Dia juga kerap menganggap pertanyaan-pertanyaan itu adalah sebuah takanan untuk nya.
3. Selalu tenang menghadapi keadaan/situasi apapun meski dalam tekanan sekalipun. Dan hal apa saja yang mengatakan tentang dirinya, dia menanggapinya dengan positif. Sebaliknya, orang ini selalu menunjukan sikap arogansi menanggapi hal-hal yang berkaitan dengan dirinya. Terkadang orang seperti tanpa berpikir matang untuk mengambil sebuah keputusan yang berakibat merugikan dirinya sendiri. Contoh dia menutupi kekurangannya dalam sebuah postingan media sosial dengan balasan status sindiran.
Dari perbedaan dua karakter ini dapa kita pilah mana yang seharusnya menjadi panutan sebagai prinsip didalam menjalani kehidupan sosial bermasyarakat.